Cerita pendek

Kue Surabi Nenek Ata


Di halaman sekolah, ada seorang nenek penjual kue surabi. Namanya nenek Ata. Ia menjual kue surabi yang diberi kuah kinca. Kincanya terbuat dari campuran gula merah, madu, sedikit bubuk kayu manis, dan sedikit bubuk jahe. Kue surabi buatan nenek Ata sudah terkenal kelezatannya.

Setiap hari nenek Ata menjajakan dagangannya di depan sekolah. Dagangan surabinya selalu habis terjual. Harga sepotong surabi kinca Rp 1.000,00

Siang itu berbeda dari hari-hari sebelumnya, dagangan nenek Ata masih utuh. Hanya satu atau dua orang yang mampir membeli. “Ayo, surabi neng!” kata nenek Ata menawarkan dagangannya.

“Tidak, nek!” ujar Tanti

“Ayo...Ayo...Silakan beli surabinya! Masih hangat dan dijamin lezat,” kata nenek Ata lagi.

“Aku mau membeli roti bakar saja!” kata Adi

Nenek Ata memandang sedih. Ia tidak bisa memaksa anak-anak itu untuk membeli kue surabi buatannya.

“Jangan-jangan, mereka sudah bosan dengan makanan ini!” pikir nenek Ata. Setiap hari, anak-anak memang membeli kue surabi ini, selain jajanan lain di kantin sekolah.

Nenek Ata pun akhirnya pulang dengan hati sedih. Ia hanya membawa uang hasil dagangannya Rp 10.000,00. Mana mungkin uang itu cukup untuk membeli bahan baku surabi keesokan harinya. Keuntungan hasil penjualan surabi yang laku keras setiap hari pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Namun, nenek Ata tetap semangat berjualan setiap hari. Satu bulan sudah dagangan nenek Ata kurang laku. Nenek Ata semakin sedih. Ia selalu pulang dengan tangan hampa.

Hari ini, Ivan sengaja pulang bersama nenek Ata. Rumah Ivan dan nenek Ata berdekatan. Nenek Ata bahkan sudah seperti neneknya sendiri.

“hari ini tidak ada pembeli lagi ya, Nek”tanya Ivan.

“Iya, sepi lagi. Sepertinya nenek harus memikirkan cara menjual kue surabi ini,” kata nenek Ata.

“Bukankah nenek dulu pernah ikut sekolah kejar paket A?” tanya Ivan.

Sekolah kejar paket A adalah program belajar setara SD bagi orang dewasa yang belum pernah mengikuti pendidikan dasar atau SD.

Nenek Ata mengangguk.

“Kalau begitu, nenek bisa dong, membantu aku dan teman-teman belajar dengan bantuan surabi nenek,” kata Ivan lagi

“Bagaimana caranya?” tanya nenek Ata bingung.

“Kita bungkus kue surabi ini. Lalu, dibagian luarnya diberi kertas yang berisi satu soal latihan pelajaran, nek! Harga surabinya dinaikkan menjadi Rp 1.200,00. Dengan begitu, anak-anak akan memperoleh manfaat, sekaligus menikmati surabi lezat. Jadi, dagangan nenek Ata akan laris,” kata Ivan.

“Wah, ide yang bagus, tuh! Nenek setuju.” Keesokan harinya, nenek Ata menjual surabi dengan cara seperti yang diusulkan Ivan. Ivan membantu menuliskan soal-soal pada kertas kecil yang akan diarsipkan pada bungkus kue surabi itu. Luar biasa! Kue surabi nenek Ata kembali laris manis. Sejak hari itu. Nenek Ata menjual surabi ranjau.

Ranjau yang dimaksud adalah potongan kertas yang berisi soal latihan, yang akan terlihat saat bungkus terbuka.

Saat penerimaan rapor kenaikan kelas, nenek Ata juga menerima ucapan terima kasih dari para orang tua murid yang anaknya sering membeli kue surabi.

“Terima kasih ya, nek! Berkat surabi nenek, anak saya nilainya meningkat dan perutnya kenyang,” kata pak Iwan, salah satu orang tua murid.

Nenek Ata tersenyum bahagia, karena apa yang dilakukannya telah mendatangkan manfaat bagi anak-anak. Mereka tidak hanya jajan, tetapi juga belajar.

Comments